Kita patut bersyukur, Indonesia punya Gerakan Pramuka. Organisasi pendidikan nonformal yang berfokus pada pembentukan karakter generasi muda seraya melepaskan diri dari sekat-sekat suku, agama, ras, dan golongan. Organisasi yang meneguhkan pendiriannya pada nilai-nilai kebajikan, kemanusiaan, kebangsaan, dan merawat perbedaan di negeri Bhinneka Tunggal Ika.
Senin, 14 Agustus lalu Gerakan Pramuka genap berusia 56 tahun. Usia yang cukup matang untuk sebuah pengabdian. Sejak dibentuk pada 14 Agustus 1961 oleh Bung Karno, ditandai dengan dileburnya seluruh gerakan kepanduan kala itu menjadi satu di bawah naungan Tunas Kelapa, Gerakan Pramuka tak lekang dari pengabdian.
Namun, Pramuka yang dulu begitu “gagah” dan digandrungi, potretnya hari ini dianggap kurang menyenangkan dan kurang diminati. Gerakan Pramuka yang selama ini menempel pada sistem pendidikan formal terlihat terlalu menekankan pemahaman akademis dan kurang menyenangkan.
Gerakan Pramuka di era modern ini dituntut inovatif dan kreatif agar tetap mampu menarik perhatian siswa didik. Ia juga dituntut menjadi gerakan yang fleksibel, menyenangkan, dan tentu tak meninggalkan fungsinya menjadi media pendidikan karakter, pendidikan kebangsaan dan kewarganegaraan, serta pengajaran dan pelatihan soft skill. Kita patut bangga, bahwa hal itu merupakan bagian konsep sila-sila dari Pancasila.
Oleh karena itu, pendidikan karakter sangat menentukan tingkat keunggulan suatu negara. Salah satu media yang berperan dalam mengembangkan pendidikan karakter yaitu kepramukaan. Karena, di dalamnya terdapat semua kegiatan yang bisa mengembangkan karakter seseorang.
Untuk menjaga Gerakan Pramuka tetap menggema dan digandrungi penerus bangsa, maka Kwaran 20.11 Mayong, Kabupaten Jepara menyelenggarakan Jambore dalam rangka memperingati Hari Pramuka ke-56.
Untuk menjaga Gerakan Pramuka tetap menggema dan digandrungi penerus bangsa, maka Kwaran 20.11 Mayong, Kabupaten Jepara menyelenggarakan Jambore dalam rangka memperingati Hari Pramuka ke-56.
Ribuan Pramuka Penggalang SD/MI se Kwaran 20.11 Mayong, Kabupaten Jepara mengikuti Jambore Penggalang SD/MI di lapangan sepakbola Desa Datar Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara. Jambore ranting akan berlangsung selama 2 (dua) hari dari Sabtu (9/9) dan berakhir pada Minggu (10/9).
Maka dari itu Kakak Pembina dari SD Negeri Pule mempersiapkan diri dengan bersungguh-sungguh. Melatih tidak kenal lelah, entah pagi, siang ataupun sore. Mengingat SD Negeri Pule patut berbangga karena beberapa tahun belakngan ini selalu masuk 3 besar.
Seperti tahun kemarin contohnya, regu putri berhasil masuk tergiat ke-2 dan regu putra tergiat ke-3. Mempertahankan lebih sulit daripada merebut. Itulah yang membuat sedikit beban pada tahun ini.
Jambore ini dibagi menjadi dua wilayah, yaitu wilayah utara dan selatan. SD Negeri Pule seperti biasanya masuk dalam wilayah utara yang diikuti 32 pangkalan.
Setelah hari sabtu pagi upacara pembukaan selesai, materi lomba diawali dengan lomba Pionering. Kemudian dilanjutkan dengan lomba Morse, lomba PBB dengan tongkat, KIM, Yel-Yel, Sandi Kotak, dan malam harinya diakhiri dengan lomba Pentas Seni Budaya.
Walaupun acara jambore sangat padat, namun adik-adik penggalang dari SD Negeri Pule tetap mengikuti dengan semangat.
Acara jambore berakhir pada hari minggu pagi ditandai dengan upacara penutupun dan pengumuman hasil lomba. Dan alhamdulillah regu putra dari SD Negeri Pule berhasil mempertahankan juara tergiat ke-3. Dan yang putri belum bisa mempertahankan prestasi yang diraih seperti tahun kemarin.
Saya yang mana hayo... |