Cicilan kredit kendaraan macet, debt collector pun akan bertindak. Sepertinya sudah menjadi "hukum" tak tertulis kepada siapa saja yang bermasalah dengan kredit kendaraannya. Siap-siap saja disambangi debt collector yang sering dijuluki "mata elang".
Kenapa di juluki “mata elang”?
Tentunya sering kali kita melihat segerombolan orang diperempatan lampu merah, pasar, dan dipinggir jalan. Tidak salah lagi, itulah "mata elang" dari perusahaan leasing motor. Mata elang ini memang ditugaskan oleh pihak leasing yang sudah "putus asa" dengan debitur yang menunggak cicilan.
Mereka biasanya kerja berkelompok antara 4 hingga 10 orang. Mata mereka tidak ada henti-hentinya memelototi nomor kendaraan yang berlalu-lalang dengan "kitab bad debt" ditangan yang tebalnya hingga 15 cm. Pandangan mereka mesti berlomba dengan ribuan pengendara sepeda motor yang melaju cepat. Jika ada nomor kendaraan sesuai dan tertera di buku mereka, motor langsung dikejar. Ini merupakan pekerjaan rutin petugas penarik kendaraan alias debt collector motor bermasalah.
Meski nongkrong di pinggir jalan sambil melihat catatan yang dipegang, bukan berarti kelompok ini orang yang tengah menghitung jumlah kendaraan (kurang kerjaan).
Debt Collector identik dengan orang yang berbadan besar, muka garang, kasar, dan mengancam kepada pihak-pihak berutang yang membayar angsuran terlambat, menghindar dari tanggung jawab atau sampai menunggak.
Tim “mata elang” ada juga yang berprinsip antikekerasan. Tugas mereka cuma menggiring penunggak ke kantor cabang pembiayaan terdekat. Karena tidak jarang di lapangan, beberapa pengguna motor bereaksi frontal dan membalikan keadaan dengan meneriaki “mata elang’ sebagai maling.
Jika saja ada motor bermasalah yang terlacak, maka “mata elang” langsung mencegatnya dan memberikan bukti keterlambatan cicilan lalu mengambil motor tersebut untuk di serahkan ke kantor. “Mata elang” selalu menanyakan apakah mau melakukan pembayaran atau tidak. Jika pengguna motor menyanggupi maka langsung di ajak ke kantor untuk membayar semua cicilan yang tertunggak
Memang “mata elang” sebenarnya merupakan profesi outsourcing yang disediakan oleh pihak leasing/bank untuk mencari motor yang bermasalah.
Bisnis “mata elang” ini sekarang menjamur. Berbagai perusahaan pembiayaan kredit memakai jasa mereka, termasuk PT. Wahana Otomittra Multiartha (WOM) Finance, PT Bussan Auto Finance (BAF), PT Federal International Finance (FIF), dan Adira Finance.
Profesi sebagai “mata elang” ternyata cukup beresiko. Selain harus punya stamina dan nyali yang tinggi, “mata elang” juga termasuk profesi berbahaya. Betapa tidak, terkadang mereka bisa terjatuh di jalan untuk mengejar sepeda motor yang nomor kendaraan sudah dikantongi.
Sumber Foto : Kaskus
Kenapa di juluki “mata elang”?
Tentunya sering kali kita melihat segerombolan orang diperempatan lampu merah, pasar, dan dipinggir jalan. Tidak salah lagi, itulah "mata elang" dari perusahaan leasing motor. Mata elang ini memang ditugaskan oleh pihak leasing yang sudah "putus asa" dengan debitur yang menunggak cicilan.
Mereka biasanya kerja berkelompok antara 4 hingga 10 orang. Mata mereka tidak ada henti-hentinya memelototi nomor kendaraan yang berlalu-lalang dengan "kitab bad debt" ditangan yang tebalnya hingga 15 cm. Pandangan mereka mesti berlomba dengan ribuan pengendara sepeda motor yang melaju cepat. Jika ada nomor kendaraan sesuai dan tertera di buku mereka, motor langsung dikejar. Ini merupakan pekerjaan rutin petugas penarik kendaraan alias debt collector motor bermasalah.
Debt Collector identik dengan orang yang berbadan besar, muka garang, kasar, dan mengancam kepada pihak-pihak berutang yang membayar angsuran terlambat, menghindar dari tanggung jawab atau sampai menunggak.
Tim “mata elang” ada juga yang berprinsip antikekerasan. Tugas mereka cuma menggiring penunggak ke kantor cabang pembiayaan terdekat. Karena tidak jarang di lapangan, beberapa pengguna motor bereaksi frontal dan membalikan keadaan dengan meneriaki “mata elang’ sebagai maling.
Jika saja ada motor bermasalah yang terlacak, maka “mata elang” langsung mencegatnya dan memberikan bukti keterlambatan cicilan lalu mengambil motor tersebut untuk di serahkan ke kantor. “Mata elang” selalu menanyakan apakah mau melakukan pembayaran atau tidak. Jika pengguna motor menyanggupi maka langsung di ajak ke kantor untuk membayar semua cicilan yang tertunggak
Memang “mata elang” sebenarnya merupakan profesi outsourcing yang disediakan oleh pihak leasing/bank untuk mencari motor yang bermasalah.
Bisnis “mata elang” ini sekarang menjamur. Berbagai perusahaan pembiayaan kredit memakai jasa mereka, termasuk PT. Wahana Otomittra Multiartha (WOM) Finance, PT Bussan Auto Finance (BAF), PT Federal International Finance (FIF), dan Adira Finance.
Profesi sebagai “mata elang” ternyata cukup beresiko. Selain harus punya stamina dan nyali yang tinggi, “mata elang” juga termasuk profesi berbahaya. Betapa tidak, terkadang mereka bisa terjatuh di jalan untuk mengejar sepeda motor yang nomor kendaraan sudah dikantongi.
Sumber Foto : Kaskus