Apakah saya harus merasa senang ataukah saya harus merasa sedih saat saya dan Hafizh ditinggal Prajabatan?
Sekedar informasi, Diklat Prajabatan atau Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan adalah syarat bagi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) untuk diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Dan ternyata setelah ditinggal istri untuk Prajabatan, ada satu hal yang bisa saya simpulkan. memasak itu ternyata sangat merepotkan. Minggu pertama saya sok jadi pengen masak, karena terinspirasi dari film yang pernah saya tonton judulnya adalah Ratatouille. Saya pikir tikus saja bisa masak enak kenapa saya gak. Hari pertama gagal, hari kedua gagal, dan hari ketiga lagi-lagi gagal lagi. Akhirnya untuk hari berikutnya saya memutuskan untuk bersinggah dari warung satu ke warung yang lain.
Lupakan cerita tikus yang bisa masak enak, nyataanya saya ngiris satu siung bawang merah saja air mata keluar gak ada berhentinya, ngulek sambel saja pakai helm double visor biar gak pedih, goreng ikan saja teriak-teriak histeris gara-gara minyaknya bermuncratan. Bagaimana bisa selama sebulan kedepan saya mampu bertahan, saat itu saya merasa menjadi makhluk lemah di depan bumbu-bumbu dapur.
Andai saja ada biro penyedia jasa istri Infalan mungkin saya sudah pasti menggunakan jasa ini.
Tetapi tetangga saya orangnya baik-baik semua, ada aja yang ngasih saya sayur atau lauk. Mungkin mereka merasa iba dan kasihan sama saya, sebenarnya saya berharap gak cuma bantuan makanan saja tetapi ada gerakan mengumpulkan koin untuk saya. Cuma kayaknya itu terlalu lebay untuk direalisasikan.
Dan selama ditinggal Bunda Prajabatan, untungnya Hafizh gak rewel karena sudah terbiasa nempel dengan saya. Paling gak kami berdua bisa sedikit bersyukur karena gak ada orang yang menguasai remot tivi dalam satu bulan kedepan.
Sebagai rasa syukur kami karena telah terbebasnya kami dari penguasa remot tivi, disuatu malam kami berdua memutuskan untuk menggelar party kecil-kecilan. Undangan kami sebar, tetapi gak semua kami undang. Hanya beberapa kucing-kucing yang sedang ditinggal suaminya nyari ikan asin saja yang dapet undangan.
Dari pada kesepian nungguin suami yang lama gak pulang-pulang dan majikan yang gak pengertian, di tempat tinggal kami sudah siap satu nampan teri pemberian teman yang baru saja pulang dari Karimunjawa untuk camilan. Dengan diiringi lagu Mars Perindo untuk mencairkan suasana malam yang syahdu. Agar telinga gak terasa panas, sesekali Hafizh mengganti lagunya dengan lagu lain seperti Jaranan dan Mentog-mentog. Sebotol susu hangat ditangan membuat Hafizh semakin tambah girang.
Inilah cara pria dewasa dan pria bawah lima tahun yang sama-sama menjalani long distence relationship menghabiskan waktu malam syahdunya. Kami berdua sama-sama memandang langit dan berharap agar pagi jangan cepat datang.
Urusan masak-memasak memang menjadi kendala terberat saya, tetapi untuk pekerjaan-pekerjaan rumah saya masih bisa mengatasinya. Bisa jadi itu karena jiwa babu saya yang sangatlah kental.
Setiap malam saat Hafizh sudah tertidur pulas, saya merasakan ada sesuatu yang hilang. Sesuatu yang saya benci tetapi saat gak ada jadi saya rindukan.
Kentut istri.
Iya, ketut istri. Biasanya setiap malam Hafizh dan Bundanya duet kentut maut. Saling sahut-sahutan. Dan gak ada yang mau mengalah. Kalau boleh jujur, sebenarnya saya lebih rela menghirup kentut Hafizh dari pada menghirup kentut istri saya.
Istri saya itu cantik banget. Kalau kita sedang dalam posisi berdua. Kalau diluar rumah ternyata masih banyak yang lebih cantik dari dia. Tetapi kecantikan wajahnya itu hanya dijadikan kamuflase utuk menutupi bau kentutnya.
Saya takut teman sekamarnya di Prajabatan terkena infeksi saluran pernapasan gara-gara dikentutin terus. Dia sudah sangat profesional dalam bidang kentut. Sampai-sampai dia bisa kentut menirukan berbagai macam suara.
Dan saya lihat Hafizh juga mewarisi kemampuan itu dari Bundanya, walaupun belum seprofesional Bundanya. Hanya saja untuk baunya sudah sedikit mendekati. Tinggal menambah jam terbang dan memperbanyak latihan.
Saya sempat merasa sedih ketika Hafizh sakit disaat Bundanya gak di rumah. Badannya terasa panas dan semalaman nangis terus. Itulah kenikmatan menjadi orang tua, ketika anak sakit ternyata kita sebagai orang tua merasa lebih sakit. Buat adik-adik nih kususnya, hormati orang tua kalian yang sudah banyak berkorban untuk kalian. Jangan pernah membuat orang tua kalian merasa sakit karena tingkah buruk kalian.
Untungnya Hafizh hanya demam biasa, selama tiga hari minum obat dari Bu Bidan panasnya sudah turun. Ayo kita pesta lagi Nak...!!!