Bulan Agustus identik dengan hari peringatan kemerdekaan Indonesia. Dan di tahun 2016 ini Indonesia memperingati hari kemerdekaan yang ke 71. Momen hari kemerdekaan tidak bisa lepas dari lomba-lomba yang sering diadakan oleh masyarakat Indonesia sendiri. Di komplek tempat tinggal saya sendiri dari awal bulan Agustus sudah terasa sedikit berbeda dari hari-hari sebelumnya.
Biasanya rapat rutin RT hanya dilakukan sebulan sekali. Tetapi karena akan ada acara Agustusan diadakan beberapa kali rapat yang isinya membahas acara tersebut.
Salah satu hasil rapatnya adalah kerja bakti pemasangan umbul-umbul dan bendera, serta pembentukan panitia Agustusan. Alhamdulillah saya ditunjuk menjadi seksi perlombaan. *Benerin kerah baju
Walaupun rapat sudah menghasilkan beberapa poin penting, nyatanya masih ada warga yang males-malesan berpartisipasi. Salah satu contohnya pada saat pemasangan umbul-umbul dan bendera. Warga yang datang untuk kerja bakti bisa dihitung pakai jari. Jarinya-jari Winnie The Pooh.
Jadi di komplek tempat tinggal saya ada lapangan kecil yang biasa untuk bermain anak-anak. Kami berkumpul di lapangan tersebut menyiapkan bendera-bendera merah putih dari plastik untuk dirangkai, ada yang ngecat bambu untuk pemasangan umbul-umbul, dan ada juga yang kerjaannya cuma bikin saya ngerasa kesel banget.
Ada warga rumahnya deket lapangan yang gak ikut bantu tapi malah kerjaannya cuma keluar masuk rumah sok sibuk sendiri. Padahal dia gak ngapa-ngapain. Okelah mungkin memang ada yang absen gak bisa ikut bantu-bantu karena ada halangan. Tapi apakah dia yang sedari tadi sok sibuk bener-bener gak peka?
Saya berpikir acara seperti ini datangnya hanya setahun sekali. Belum tentu tahun depan masih ada umur panjang untuk bisa ketemu acara Agustusan. Secara kasarnya sih seperti itu...
Kita hanya diajak berpartisipasi memeriahkan ulang tahun kemerdekaan aja malah ngumpet-ngumpet. Ada juga yang sengaja kabur menghindari kerja bakti. Bayangkan jika sekarang ini kita belum merdeka? Masih dalam keadaan dijajah. Hal ringan aja batang hidungnya gak kelihatan gimana mau angkat senjata?
Masih ingatkah saat upacara di sekolah?
Pada saat mengheningkan cipta. Apakah kita benar-benar mendo’akan pahlawan yang berjasa merebut kemerdekaan. Berjuang tanpa peduli harta, tenaga, dan nyawa demi kemerdekaan. Apa yang ada di pikiran kita saat itu? Apakah PR yang belum dikerjakan tadi malam, berdo’a semoga upacara cepet-cepet selesai, bercanda dengan teman, atau mikir gimana cara balikan sama mantan?
Terkadang saya merasa kecewa dengan beberapa murid saya sendiri pada saat mengikuti upacara di hari senin. Terlepas mereka masih bocah, pipis saja masih melenceng belum bisa lurus. Upacara yang harusnya berjalan tertib masih aja ada yang berisik sendiri. Padahal upacara gak ada setengah jam, tapi mereka gak bisa memahaminya. Diberi peringatan secara lisan gak ngerti, di jewer Gurunya masuk kantor polisi. *Curhatan dalem
Mungkin ini salah satu indikasi memudarnya rasa menghargai jasa pahlawan dan rasa patriotisme. Sepertinya percuma saya mengumpat di sini. Kita sudahi saja bahasan yang penuh drama ini. Sebenernya saya pengen cerita tentang tugas saya sebagai seksi perlombaan. Anggap saja tadi prakata dari saya.
Sebagai warga yang baik nan tampan rupawan tanpa tandingan, saya setuju-setuju saja saat di tunjuk sebagai seksi perlombaan. Paling gak saya ikut menyumbang tenaga dan pikiran di komplek tempat tinggal saya. Saya gak mau kalah eksis dari Hafizh anak saya.
Perlombaan yang bisa diikuti seperti lomba kelereng, makan kerupuk, memasukkan belut ke dalam botol, menghafal Pancasila, dan masih banyak lagi lomba-lomba lainnya.
Yang menjadi perhatian kusus adalah lomba menghafal Pancasila. Lomba ini menjadi penting sekali mengingat pernah terjadi kasus artis yang gak hafal Pancasila. Agar generasi muda gak jadi “bebek nungging” semua muncul ide lomba menghafal Pancasila.
Jangan sampai saat ada pertanyaan tentang Pancasila generasi muda kita ikut-ikutan jawab “bebek nungging”. *Ndasmu kui...
Sebenarnya saya pengen memunculkan lomba-lomba lain dari pada yang lain, berbeda dari tahun kemarin. Di bawah ini adalah beberapa contoh lomba yang saya usulkan kepada ketua panitia.
Memasukkan King Kobra ke Dalam Botol
Diadaptasi dari lomba memasukkan belut ke dalam botol, lomba ini akan menawarkan adrenalin tiada terkira. Ada dua kemungkinan jika lomba ini benar-benar terealisasi. Pertama, semua peserta banyak yang jerit-jerit. Kedua, semua peserta sepakat mengambil botol dan memecahkan ujung botol kemudian ditusukkan rame-rame ke seksi perlombaan.
Lomba Kelereng
Ini bukan lomba kelereng biasa karena sendoknya akan di ganti dengan ular sendok. Maaf saya cuma bercanda, maksud saya sendoknya diganti dengan skop pasir. Tidak hanya itu saja, biasanya kelerengnya cuma satu. Di sini peraturan saya ubah kelereng masih satu tetapi di taruh di atas pasir yang ada di skop tadi. Dari situ kita bisa tahu mulut siapa yang benar-benar kuat.
Lomba Makan Kerupuk
Yang sudah-sudah kerupuk hanya di gantung di seutas tali. Menurut saya terlalu biasa dan mudah. Saya akan ubah dengan menaruh kerupuk di dalam kalengnya. Kemudian di gantung dengan seutas tali dan siapa yang bisa berhasil berusaha membuka kaleng kerupuk kemudian menghabiskan kerupuk satu kaleng dengan tangan diikat di belakang dialah yang juara.
Panjat Pinang
Karena banyak peserta panjat pinang yang ikut lomba hanya pengen nyari gelinya saja. Saya berinisiatif mengganti hadiah berupa foto artis mancanegara di puncak pinangnya. Foto tersebut bertujuan agar bisa sekedar mengingatkan bahwa panjat pinang bukan tempat untuk mencari kegelian. Foto artis dangdut terkenal dari Negara tetangga yang tidak mau disebut namanya seperti Sayrul Jahil, designer kenamaan Ivan Guyonan, dan nama artis terakhir datang dari matan vokalis band rock metal alternatif Ganjen Band yaitu Andika. Saya yakin foto-foto artis tersebut akan membuyarkan fantasi para peserta.
Pecah Mantan
Salah satu hasil rapatnya adalah kerja bakti pemasangan umbul-umbul dan bendera, serta pembentukan panitia Agustusan. Alhamdulillah saya ditunjuk menjadi seksi perlombaan. *Benerin kerah baju
Walaupun rapat sudah menghasilkan beberapa poin penting, nyatanya masih ada warga yang males-malesan berpartisipasi. Salah satu contohnya pada saat pemasangan umbul-umbul dan bendera. Warga yang datang untuk kerja bakti bisa dihitung pakai jari. Jarinya-jari Winnie The Pooh.
Hayo... jarinya mana?
Ada warga rumahnya deket lapangan yang gak ikut bantu tapi malah kerjaannya cuma keluar masuk rumah sok sibuk sendiri. Padahal dia gak ngapa-ngapain. Okelah mungkin memang ada yang absen gak bisa ikut bantu-bantu karena ada halangan. Tapi apakah dia yang sedari tadi sok sibuk bener-bener gak peka?
Saya berpikir acara seperti ini datangnya hanya setahun sekali. Belum tentu tahun depan masih ada umur panjang untuk bisa ketemu acara Agustusan. Secara kasarnya sih seperti itu...
Kita hanya diajak berpartisipasi memeriahkan ulang tahun kemerdekaan aja malah ngumpet-ngumpet. Ada juga yang sengaja kabur menghindari kerja bakti. Bayangkan jika sekarang ini kita belum merdeka? Masih dalam keadaan dijajah. Hal ringan aja batang hidungnya gak kelihatan gimana mau angkat senjata?
Masih ingatkah saat upacara di sekolah?
Pada saat mengheningkan cipta. Apakah kita benar-benar mendo’akan pahlawan yang berjasa merebut kemerdekaan. Berjuang tanpa peduli harta, tenaga, dan nyawa demi kemerdekaan. Apa yang ada di pikiran kita saat itu? Apakah PR yang belum dikerjakan tadi malam, berdo’a semoga upacara cepet-cepet selesai, bercanda dengan teman, atau mikir gimana cara balikan sama mantan?
Terkadang saya merasa kecewa dengan beberapa murid saya sendiri pada saat mengikuti upacara di hari senin. Terlepas mereka masih bocah, pipis saja masih melenceng belum bisa lurus. Upacara yang harusnya berjalan tertib masih aja ada yang berisik sendiri. Padahal upacara gak ada setengah jam, tapi mereka gak bisa memahaminya. Diberi peringatan secara lisan gak ngerti, di jewer Gurunya masuk kantor polisi. *Curhatan dalem
Mungkin ini salah satu indikasi memudarnya rasa menghargai jasa pahlawan dan rasa patriotisme. Sepertinya percuma saya mengumpat di sini. Kita sudahi saja bahasan yang penuh drama ini. Sebenernya saya pengen cerita tentang tugas saya sebagai seksi perlombaan. Anggap saja tadi prakata dari saya.
Sebagai warga yang baik nan tampan rupawan tanpa tandingan, saya setuju-setuju saja saat di tunjuk sebagai seksi perlombaan. Paling gak saya ikut menyumbang tenaga dan pikiran di komplek tempat tinggal saya. Saya gak mau kalah eksis dari Hafizh anak saya.
Perlombaan yang bisa diikuti seperti lomba kelereng, makan kerupuk, memasukkan belut ke dalam botol, menghafal Pancasila, dan masih banyak lagi lomba-lomba lainnya.
Yang menjadi perhatian kusus adalah lomba menghafal Pancasila. Lomba ini menjadi penting sekali mengingat pernah terjadi kasus artis yang gak hafal Pancasila. Agar generasi muda gak jadi “bebek nungging” semua muncul ide lomba menghafal Pancasila.
Jangan sampai saat ada pertanyaan tentang Pancasila generasi muda kita ikut-ikutan jawab “bebek nungging”. *Ndasmu kui...
Sebenarnya saya pengen memunculkan lomba-lomba lain dari pada yang lain, berbeda dari tahun kemarin. Di bawah ini adalah beberapa contoh lomba yang saya usulkan kepada ketua panitia.
Memasukkan King Kobra ke Dalam Botol
Diadaptasi dari lomba memasukkan belut ke dalam botol, lomba ini akan menawarkan adrenalin tiada terkira. Ada dua kemungkinan jika lomba ini benar-benar terealisasi. Pertama, semua peserta banyak yang jerit-jerit. Kedua, semua peserta sepakat mengambil botol dan memecahkan ujung botol kemudian ditusukkan rame-rame ke seksi perlombaan.
Lomba Kelereng
Ini bukan lomba kelereng biasa karena sendoknya akan di ganti dengan ular sendok. Maaf saya cuma bercanda, maksud saya sendoknya diganti dengan skop pasir. Tidak hanya itu saja, biasanya kelerengnya cuma satu. Di sini peraturan saya ubah kelereng masih satu tetapi di taruh di atas pasir yang ada di skop tadi. Dari situ kita bisa tahu mulut siapa yang benar-benar kuat.
Lomba Makan Kerupuk
Yang sudah-sudah kerupuk hanya di gantung di seutas tali. Menurut saya terlalu biasa dan mudah. Saya akan ubah dengan menaruh kerupuk di dalam kalengnya. Kemudian di gantung dengan seutas tali dan siapa yang bisa berhasil berusaha membuka kaleng kerupuk kemudian menghabiskan kerupuk satu kaleng dengan tangan diikat di belakang dialah yang juara.
Panjat Pinang
Karena banyak peserta panjat pinang yang ikut lomba hanya pengen nyari gelinya saja. Saya berinisiatif mengganti hadiah berupa foto artis mancanegara di puncak pinangnya. Foto tersebut bertujuan agar bisa sekedar mengingatkan bahwa panjat pinang bukan tempat untuk mencari kegelian. Foto artis dangdut terkenal dari Negara tetangga yang tidak mau disebut namanya seperti Sayrul Jahil, designer kenamaan Ivan Guyonan, dan nama artis terakhir datang dari matan vokalis band rock metal alternatif Ganjen Band yaitu Andika. Saya yakin foto-foto artis tersebut akan membuyarkan fantasi para peserta.
Pecah Mantan
Biasanya peralatan yang digunakan adalah pemukul dan balon berisikan air yang di gantung di seutas tali. Untuk membuat lebih menarik dan meriah balon yang berisi air diganti dengan mantan yang digantung di seutas tali. Selanjutnya peserta hanya tinggal mukul target dengan sekuat-kuatnya. *Wajib pakai emosi
Empat lomba tersebut tidak mendapatkan persetujuan dari ketua panitia, dan saya disarankan cepat-cepat untuk bertobat dan berobat sebelum tambah parah.
Walaupun saya sebetulnya sangat sibuk dengan pekerjaan di sekolah, tetapi gak ada salahnya saya ikut berpartisipasi memeriahkan hari kemerdekaan. Kalau bukan kita mau siapa lagi?