Apr 28, 2016

Kenapa Tahu Bulat Digoreng di Mobil

Beberapa bulan terakhir ini saya sering menjumpai jajanan yang sedang menjadi primadona di lingkungan komplek tempat tinggal saya. Jajanan yang sedang buming dan menyita banyak perhatian warga Perumahan Mayong Raya Indah Jepara. Bahkan lebih fenomenal dari gosip yang beredar di komplek bahwa suami kucing tetangga saya di tangkap kelompok perompak Abu Gosok saat mencari ikan di Karimunjawa.

Saya tidak tahu persisnya fenomena ini terjadi sejak kapan, bahkan mungkin saja ditempat tinggal kamu juga ada fenomena yang sama.
 

bogor.tribunnews.com

Sebuah mobil dengan bak terbuka, di dalam bak tersebut bersemayam mas-mas yang gak ganteng-ganteng banget sedang menggoreng tahu. Sebenernya relatif, tinggal bagaimana sudut pandang kita menilai mas-mas tersebut.

Yang membuat unik adalah jingle dengan lirik kurang lebih seperti ini “Tahu bulat... Digoreng dadakan di mobil... Lima ratusan... Halal...”


Mungkin jika kamu baca lirik jingle tersebut disertai lantunan nada yang cukup fasih, hati-hati! Itu tandanya kamu sudah masuk dalam Tahuners (sebutan bagi penggemar tahu bulat garis keras). Dan percayalah setelah kamu menjadi Tahuners, kamu tidak akan bisa kembali seperti semula.

Konsep penjualan yang kreatif membuat tahu bulat sukses menyita perhatian masyarakat luas, seperti pendahulunya yang juga sukses dengan konsep yang sama. Masih ingat dulu salah satu merk es krim dan roti ternama juga menggunakan cara yang mirip.

Sama-sama berkeliling dengan memaikan jingle yang easy listening dan mudah diingat konsumen. Bahkan saya bermimpi suatu saat nanti Raisa mau menyanyikan jingle tahu bulat. Saya yakin akan laku keras di pasaran. Tentu saja di pasar malam bukan pasar panggung musik.

Bayangkan saja Raisa berdiri di panggung yang megah dengan gaun mewah, suara merdu menyanyikan jingle tahu bulat. Semua penonton ikut bernyanyi sambil melambaikan tangan dan ada yang menari kucek, cuci, jemur.

Jinglenya yang bisa “memaksa” kita untuk mendengarkannya dari awal sampai akhir, seakan-akan kita terbius dengan suara vokalisnya yang sebenarnya lebih cocok menjadi tukang gali kubur.

Pantas saja harganya cuma limaratus rupiah, saya yakin harga tersebut disesuaikan bukan hanya kualitas tahunya saja tetapi juga karena suara vokalisnya memang pantasnya dihargai segitu.

Untuk memuaskan konsumen tahu bulat juga digoreng saat ada pesanan datang, konsumen bisa melihat secara langsung proses memasaknya. Saya juga heran kenapa digorengnya di mobil. Ya... memang sesuai dengan lirik jinglenya yang “Digoreng di mobil” coba kalau liriknya diganti “Digoreng di truk” bisa jadi gorengnya di truk.

Misteri yang belum terpecahkan sampai detik ini adalah siapa dan seperti apa bentuk vokalis yang menyanyikan jingle Tahu Bulat. Apakah wajahnya juga bisa membius dan “memaksa” orang untuk lama-lama memandang wajahnya?

Artikel Terkait