Jun 28, 2015

Hati-Hati Saat Membangunkan Sahur

Puasa tahun 2015 ini adalah puasa yang spesial untuk kami sekeluarga. Ada sedikit pebedaan, selain karena hadirnya si kecil yang menemani kami. Ada hal lain, yaitu di tahun sebelumnya puasa kami selalu mengandalkan alarm untuk membangunkan kami disaat sahur tiba. Sekarang tanpa dibangunkan kami juga sudah bangun sendiri. Iya, gara-gara tangisan Hafizh yang bisa membuat seisi rumah menjadi terjaga semalaman.

Hari pertama puasa saya jadi kangen dengan suasana puasa di kampung halaman, awalnya saya jadi membanding-bandingkan suasana puasa di kampung dengan suasana puasa di perantauan.
Biasanya malam sebelum sahur tiba anak-anak kampung saya sudah berisik membangunkan warga. Dengan kentongan sambil bernyanyi “Sahur... sahur...! sahur... sahur! Shaheer... shaheer...!!!” *Woi!!! Saheirnya sibuk ngurus Ayu!!!

Kira-kira di komplek kontrakan kami ada juga atau tidak ya? Karena embel-embel “komplek perumahan” rasanya seperti tidak mungkin ada anak-anak yang mau muterin komplek untuk membangunkan warga.

Tapi dari kejauhan saya sudah mendengar suara gaduh. Suara-suara galon air dan seperti panci yang dipukuli, diselingi suara nyanyian. Saya melihat jam di HP, ternyata sudah jam 2 pagi.
Sepertinya suaranya dari gang sebelah, tetapi semakin mendekat.
Beberapa menit suaranya semakin dekat dan sampailah juga di depan rumah kontrakan kami.

Kampret... anak-anak komplek sini terlanjur kreatif apa memang mereka punya lagu favorit untuk mereka nyanyikan agar saat warganya bangun jadi merasa bahagia.

“Helly...”
“Kemari...”
“Sambil lari-lari...”

Wuidih... kalau aku si yes... *Serasa juri
Suara mereka merdu, cocok jadi tukang becak.
Lagunya beda. Tidak seperti lagu yang dinyanyikan di kampung saya. Mereka tampil beda dengan membawakan lagu yang tidak umum saat membangunkan warga.


Tapi saya sempet beberapa kali kesel, sebetulnya tidak masalah kalau mereka membangunkan orang-orang agar bersiap untuk sahur. Tetapi momennya aja yang tidak pas dengan keadaan yang sedang saya alami. Semalaman Hafizh rewel tidak mau tidur, maunya di gendong terus. Giliran mau tidur malah terganggu dengan suara-suara berisik dari lagu yang mereka dendangkan. Hasilnya Hafizh bangun lagi dan nangis lagi.
Iya..
Lagi...

Lagi-lagi harus begadang sampai pagi. Rasanya pengen minum-minuman berenergi untuk menambah stamina, seperti es minyak telonnya Hafizh mungkin. Kalau kejadiannya sudah seperti ini kami membutuhkan tenaga ekstra. Mereka benar-benar kampret, kenapa momennya jadi tidak pas.

Saya bukan tipe orang yang anti dengan kegiatan ini, tapi terkadang kegiatan yang setiap hari mereka lakukan diselingi dengan main petasan. Teriak-teriak tidak jelas seperti anak yang sedang mabuk lem. Niatnya mau membangunkan orang agar siap-siap sahur malah jadinya mengganggu. Atau lain kali saya harus ajak mereka semua untuk menikmati es minyak telon bersama-sama?

Artikel Terkait