Puasa
tahun 2015 ini adalah puasa yang spesial untuk kami sekeluarga. Ada sedikit
pebedaan, selain karena hadirnya si kecil yang menemani kami. Ada hal lain,
yaitu di tahun sebelumnya puasa kami selalu mengandalkan alarm untuk
membangunkan kami disaat sahur tiba. Sekarang tanpa dibangunkan kami juga sudah
bangun sendiri. Iya, gara-gara tangisan Hafizh yang bisa membuat seisi rumah
menjadi terjaga semalaman.
Hari
pertama puasa saya jadi kangen dengan suasana puasa di kampung halaman, awalnya
saya jadi membanding-bandingkan suasana puasa di kampung dengan suasana puasa
di perantauan.
Biasanya
malam sebelum sahur tiba anak-anak kampung saya sudah berisik membangunkan warga.
Dengan kentongan sambil bernyanyi “Sahur... sahur...! sahur... sahur! Shaheer...
shaheer...!!!” *Woi!!! Saheirnya sibuk ngurus Ayu!!!
Kira-kira
di komplek kontrakan kami ada juga atau tidak ya? Karena embel-embel “komplek
perumahan” rasanya seperti tidak mungkin ada anak-anak yang mau muterin komplek
untuk membangunkan warga.
Tapi
dari kejauhan saya sudah mendengar suara gaduh. Suara-suara galon air dan seperti
panci yang dipukuli, diselingi suara nyanyian. Saya melihat jam di HP, ternyata
sudah jam 2 pagi.
Sepertinya
suaranya dari gang sebelah, tetapi semakin mendekat.
Beberapa
menit suaranya semakin dekat dan sampailah juga di depan rumah kontrakan kami.
Kampret...
anak-anak komplek sini terlanjur kreatif apa memang mereka punya lagu favorit
untuk mereka nyanyikan agar saat warganya bangun jadi merasa bahagia.
“Helly...”
“Kemari...”
“Sambil
lari-lari...”
Wuidih...
kalau aku si yes... *Serasa juri
Suara
mereka merdu, cocok jadi tukang becak.
Lagunya
beda. Tidak seperti lagu yang dinyanyikan di kampung saya. Mereka tampil beda
dengan membawakan lagu yang tidak umum saat membangunkan warga.
Tapi
saya sempet beberapa kali kesel, sebetulnya tidak masalah kalau mereka
membangunkan orang-orang agar bersiap untuk sahur. Tetapi momennya aja yang
tidak pas dengan keadaan yang sedang saya alami. Semalaman Hafizh rewel tidak
mau tidur, maunya di gendong terus. Giliran mau tidur malah terganggu dengan
suara-suara berisik dari lagu yang mereka dendangkan. Hasilnya Hafizh bangun
lagi dan nangis lagi.
Iya..
Lagi...
Lagi-lagi
harus begadang sampai pagi. Rasanya pengen minum-minuman berenergi untuk
menambah stamina, seperti es minyak telonnya Hafizh mungkin. Kalau kejadiannya
sudah seperti ini kami membutuhkan tenaga ekstra. Mereka benar-benar kampret,
kenapa momennya jadi tidak pas.
Saya
bukan tipe orang yang anti dengan kegiatan ini, tapi terkadang kegiatan yang
setiap hari mereka lakukan diselingi dengan main petasan. Teriak-teriak tidak
jelas seperti anak yang sedang mabuk lem. Niatnya mau membangunkan orang agar
siap-siap sahur malah jadinya mengganggu. Atau lain kali saya harus ajak mereka
semua untuk menikmati es minyak telon bersama-sama?