Sebetulnya
saya sangat bersyukur karena selain mengajar, saya juga di percaya rekan-rekan guru
untuk menjadi operator sekolah. Walaupun perjalan untuk menjadi operator
sekolah itu gak semulus ukiran Jepara, cuma saya cukup bangga dengan tugas
tambahan ini. Pada awal-awal saya menjadi operator, rasa canggung dan takut
kalau salah selalu ada di benak saya. Gimana gak ngerasa canggung dan takut
coba? Karena urusan sertifikasi rekan-rekan dipertaruhkan. Seakan-akan cair atau
gak sertifikasi ada di tangan seorang operator sekolah.
Saya
teringat dulu pas pertama kali rapat operator di Dinas Pendidikan, saat itu Pak
Hartoyo (kepala sekolah) duduk disamping saya. Iya, saat itu mungkin beliau
ngerasa duduk disamping Pak kusir yang sedang mengendalikan sinyal modem supaya
baik jaringannya. Tuk tik tak tik tuk tik tak tik tuk...
Karena
ini adalah pengalaman pertama, saya jadi ngerasa grogi. Keringat mengucur deras
dari dahi sampai masuk kedalam mata kaki, hidung saya kembang kempis, jari
tangan gemetar, perut keroncongan. Sial!!!, ini pasti gara-gara tadi pagi gak
sarapan.
Beliau
selalu mengingatkan saya untuk memperhatikan petunjuk yang diberikan petugas
dari Dinas Pendidikan. Beliau sendiri terlihat khawatir juga kalau saya gak
paham dengan penjelasan dari petugasnya. Kalau dipikir-pikir lagi, beliau aja
ngerasa cemas. Tapi kenapa beliau dan rekan-rekan setuju-setuju aja memilih
saya untuk menjadi operator sekolah.
Hmmm...
ini pasti ada apa-apanya. Ada batu dibalik udang.
Pasti
ada beberapa hal yang cukup membuat mereka awalnya percaya kalau saya mampu mengemban
tugas ini, seperti:
Pertama,
saya yang paling muda, jadi saya masih energik untuk memainkan tombol-tombol keyboard.
Dan mau bersenang hati lembur ngerjain data-data yang ada.
Kedua,
saya yang paling muda, jadi saya lebih mampu menguasai komputer dari pada rekan-rekan
saya yang tiap sebulan sekali nyemir rambut biar terlihat hitam.
Ketiga,
saya yang paling muda, jadi saya masih bisa lari ke Dinas kapan aja. Gak takut
hujan badai yang menghadang di depan.
Keempat,
saya yang paling muda, jadi paling muda dan paling tampan. *Abaikan. Perasaan semuanya
gara-gara umur. *Biarin
Alasan
umur dan penguasaan komputer lah yang menjadi pertimbangan beliau dan
rekan-rekan saya. Mau sekeren apapun penguasaan ilmu komputer yang dimiliki
kalau udah menyangkut uang dan masa depan rekan-rekan, tetep aja saya menciut.
Tetapi
untungnya kepala sekolah dan rekan-rekan saya ini baik-baik, mereka selalu
memberi dukungan untuk saya. Mungkin itulah yang membuat saya jadi semangat
sampai sekarang menjadi operator sekolah.
Ya...
walaupun dulu-dulunya saya ngerasa gak adil. Bisa dibayangkan kalau sertifikasi
gak keluar saya yang diuber-uber. Kalau sertifikasinya lancar saya yang jadi
pikiran, soalnya banyak pertanyaan-pertanyaan yang muncul di otak saya. Apa mereka
nantinya lupa gitu aja, apa saya harus pura-pura ikhlas, gimana mau semangat
jadi operator sekolah kalau tiap sertifikasi keluar pada tutup mata.
Ternyata
pemikiran itu semua salah, Allah memang maha adil. Gak tahu kenapa saya ngerasa
kalau selalu diberi kemudahan dan kelancaran segala urusan. Ini ada hubungannya
atau gak, saya juga kurang tahu. Tapi itu memang yang saya rasakan.
Saya
pernah nulis status di grup operator sekolah kalau pekerjaan ini kurang
perhatian khusus, karena terasa gak adil. Kita yang mati-matian ngisi data,
orang lain yang dapet sertifikasi malah lupa.
Tiba-tiba
aja ada yang komentar untuk bekerja ikhlas dan anggap saja tujuannya beribadah.
Saya gak balas komentarnya, cuma saya juga langsung berpikir keras. Apa iya
saya harus ikhlas?
Kemudian
saya mencoba ikhlas, dan memberi sugesti kepada diri saya sendiri agar tetap
semangat. Tujuan saya beribadah, membantu rekan saya, saya percaya kalau suatu
saatnya nanti saya akan menuai hasilnya juga. Dan akhirnya sampai sekarang saya
merasa telah menuai hasil kerja saya. Setiap rekan-rekan saya menerima
sertifikasi mereka semua berterimakasih kepada saya, dan selalu “memberikan
uang bensin.” Dulu saya selalu mengaharapkan hal seperti inilah yang akan saya
terima. Tapi sekarang semua itu jadi gak penting lagi. Saya hanya meminta do’a
dari mereka untuk saya dan keluarga saya, agar saya bisa tetap menjadi pegawai
yang amanah dan bertanggung jawab dengan pekerjaan ini.
Tapi
menurut saya, jadi operator sekolah itu menyanangkan. Menambah teman, wawasan
kita juga bertambah luas, dan yang terpenting saya bisa internetan sepuasnya. Tiap
bulan operator dapet jatah beli kuota, dapet fasilitas modem dan leptop.
Hmmm... gimana gak enak.
Apalagi
hobi ngeblog saya ini butuh yang namanya leptop dan modem seisi-isinya, bisa
dibilang sambil menyelam minum air.
Kalau
ditanya mau jadi operator sekolah?
Jawab
aja “SIAPA TAKUT...!!!”
Sumber gambar : Google |