Dari
jamannya saya masih pakai topi dan dasi Tut Wuri Handayani sampai sekarang,
kayaknya hari senin masih aja identik dengan kata males. Dari males berangkat sekolah
sampai males berangkat kerja.
Buat
yang masih sekolah, senin juga identik dengan yang namanya upacara, sengaja
saya bold, terus italic, dan nggak lupa saya kasih underline. Karena tulisan
ini akan membahas soal Tipe Murid SD Yang Ikut Upacara.
Upacara
yang benar seharusnya dilakukan dengan khidmat dan serius. Cuma kalau peserta
upacaranya adalah anak-anak SD yang belum tahu gimana cara ngebersihin upil dengan
benar, ceritanya mungkin akan berbeda.
Nah...
dari pengamatan yang saya lakukan beberapa bulan terakhir terhadap murid-murid SD saya sendiri yang mengikuti upacara dihari senin. Saya menemukan beberapa Tipe
Murid SD yang Ikut Upacara dengan tingkah polah yang berbeda-beda.
Upacara
baru aja dimulai, cuma yang namanya anak-anak SD pastinya nggak ada yang bisa
serius. Anak-anak tipe jail ini biasanya langsung menjalankan aksinya dengan
lempar batu sembunyi tangan, masukin kerikil kedalam sepatu, saku baju atau saku
celana temennya, sampai yang paling ekstrim adalah ngelap tangan bekas ngupil
kebaju temennya.
Iya
si... berani kotor itu baik.
Kejadian
seperti ini benar-benar terjadi, mereka melakukan semua ini dengan muka
biasa-biasa aja tanpa ada rasa takut dan berdosa.
Dan
kampretnya, kalau saya deketin. Temen yang berdiri disampingnya seolah-olah
menjadi mata-mata.
Dia
selalu bilang kayak gini “Awas Pak Haris kesini”
Inilah
tugas mata-mata. Dia sering memberikan informasi yang cepat dan akurat.
Biasanya
murid perempuanlah yang identik dengan cerewet dan bawel. Itu bisa terlihat
sampai mereka dewasa nanti, bahkan setelah menyandang status emak-emak.
Bawelnya
udah masuk tingkat dewa.
Cuma
pas upacara ngerumpi udah jadi menu wajib bagi semua siswa. Dari siswa laki-laki
sampai perempuan, semuanya ngerumpiin hal-hal yang mereka anggap penting.
Bahas
dikasih uang saku berapa tadi pagi, semalem nonton GGS apa nggak, minta
contekan PR, Pak Anas Urbaningrum udah divonis.
Okeh...
yang terakhir kayaknya terlalu berat untuk mereka bahas.
Mereka akan ngobrol sendiri sampai upacara selesai.
Mereka akan ngobrol sendiri sampai upacara selesai.
BRAVO!!!
*Tepuk jidad...
Murid
tipe ini sebenarnya punya motivasi apa, saya juga nggak terlalu paham. Entah
itu disengaja atau tidak, tetapi membuat saya agak geli kalau melihat dan
mendengar kejadian ketidak kompakan mereka. Biasanya ketidak kompakan ini terjadi
saat momen pembacaan teks pancasila. Disaat pembina upacara membaca teks
pancasila dan seharusnya semua siswa mengikuti pembinanya, ada aja yang nggak
kompak.
Pembina
upacara : “Pancasila”
Siswa
kompak : “Pancasila”
Siswa
nggak kompak : “Sila” Yang terdengar telat dengan kata terakhirnya aja.
Pembina upacara : “Satu”
Siswa
kompak : “Satu”
Siswa
nggak kompak : “Tu” Lagi-lagi yang terdengar telat dan kata terakhirnya aja.
Dan ini akan terjadi sampai sila yang ke-5.
Senin
ini lupa nggak bawa topi, setelah diberi peringatan senin depannya bawa topi.
Tapi nggak bawa dasi, dan dapet peringatan lagi.
Malah
berangkat pakai seragam pramuka, kesabaran saya sudah habis untuk
memperingatkan tipe murid yang pelupa kayak gini.
Saya
panggil dan saya tanya “Kenapa pakai pramuka?”
“-__-
Hari ini hari jum’at Pak”
“0_0”
Kabur, masuk lubang jamban.
Itulah
beberapa Tipe Murid SD Yang Ikut Upacara, walaupun mungkin kejadian ini juga
akan terjadi pada anak-anak SMP dan SMA saat upacara hari senin.
Cuma
kalau yang melakukan anak SD dan kita melihatnya dari sisi yang berbeda, pasti
akan terlihat lucu.