Saya
pernah di tanya sama temen kerja sekantor. “Berangkat dari rumah jam berapa
Pak? Kok pagi-pagi banget udah nyampai di SD”. Saya hanya tersenyum, sebetulnya
bukannya saya mau jadi sok disiplin. Tapi karena ada alasan lain, yaitu setiap malem
saya sering uji nyali. Iya, setiap malem. Bukan uji nyali yang kaya di acara
tivi-tivi itu. Uji nyali yang ini beda banget. Yang sama cuma pas momen
begadangya.
2
jam pertama masih nggak ada tanda-tanda suara setan. Beberapa menit setelah
itu, ada suara bayi nangis. Kalau peserta uji nyali lain mungkin udah melambaikan
tangan. Bukan melambai karena ngondek, tapi karena nyerah. Sambil nungguin
presenternya lama nggak nyamperin-nyamperin sampai-sampai dia kesurupan.
“Hmmm...!!! minta ASI sekarang!!!. ASI mana ASI???”. Mengerang-erang kesurupan
bayi yang kelaperan minta ASI.
Gimana
nggak berangkat pagi coba, kalau tiap malem sampai subuh sibuk siap siaga
kalau-kalau anak butuh sesuatu. Kalau nggak ganti popok ya minta ASI. Habis
subuh mau tidur jadi nanggung, mau nggak mau ya bengong aja di dalam kamar
sambil nunggu suara lesungnya Roro Jonggrang. Jam 05.30 pasti udah mandi, nggak
lupa gosok gigi. Selesai mandi nolong Ibu, membersihkan tempat tidurku.
Perjalanan
dari rumah ke sekolah cuma setengah jam, itu kalau pelan-pelan. Beda lagi
kalau narik gasnya di kencengin pakai
yang 3 kg. Berangkat dari rumah kalau nggak tepat jam 06.00 ya jam 06.15 menit.
Gimana nggak pagi nyampai sekolahan.
Tapi
menurut saya, berangkat kerja pagi itu asik dan ada manfaat tersendiri. Apa
saja manfaat itu? Ini dia manfaat yang akan di dapatkan kalau berangkat
kerja pagi.
Udara Pagi Masih Terasa
Segar
Paling
asik kalau berangkat kerja pagi itu bisa ngerasain segarnya udara pagi, belum
banyak kendaraan yang lewat. Nggak bisa di pungkiri jumlah kendaraan semakin
lama semakin meningkat, dan bau asap knalpot udah memprihatinkan. Saya pernah berangkat
agak siang, debunya banyak banget. Rasanya nyesek. Lebih nyesek lihat mantan
cewek kita yang jalan sama mantan cowok kita. Udaranya panas, sepanas lihat mantan
cowok kita yang nikah sama mantan cewek kita. *??????
Debu
beterbangan kemana-mana, padahal udah pakai masker tapi tetep aja debu itu bisa
kehirup. Apalagi saya di anugrahi hidung pesek. Tahu sendiri orang-orang yang
di anugrahi hidung pesek diameter lubangnya dua kali lebih besar dari orang
yang di anugrahi hidung mancung. Maka berbahagialah kalian yang berhidung
mancung. Yang bikin kesel dari debu ini setelah masuk karena kehirup adalah
kita bisa kena radang tenggorokan. Dan yang nggak bikin keren adalah upil kita bentuknya
nggak beraturan. Teksturnya jadi berubah keras dan nggak selembek biasanya.
Dari
pada tiap hari mesti menggali upil pakai gancu karena saking kerasnya, mending
berangkat kerja pagi aja untuk menghindari debu. Yah, walaupun pas pulang tetep
aja udaranya udah nggak sesegar pagi hari si...
Dan
pastinya debu juga udah mulai banyak lagi...
Berangkat Jadi Nggak
Terburu-Buru
Siapa
yang mau berangkat kerja terburu-buru. Disamping membahayakan diri sendiri juga
bisa membahayakan orang lain. Biasanya orang yang terburu-buru berkendaranya
jadi ngawur, jadi asal-asalan. Asal salip, dan asal makan jalur yang udah di
tentukan. Kalau kayak gini kan jadi bikin kesel pengguna jalan yang lain.
Bayangkan saja kalau mereka semua terburu-buru dan nggak ada yang mau ngalah.
Mereka bisa saling nabrak dan di tabrak.
Gimana?
Masih enak berangkat pagi kan. Nggak akan merasa di buru waktu, karena pasti
akan masih bisa mengira-ngira waktu yang akan di lalui saat perjalanan
berangkat kerja. Otot tangan juga nggak akan capek muter gas motor, kaki juga
nggak pegel karena mesti nginjak gas mobil. Berangkat bisa santai dan menikmati
segarnya udara pagi. Yang paling terpenting adalah nggak capek-capek buang
tenaga untuk teriakin tipe pengendara yang songong.
Terhindar Dari Macet
Berangkat
dari rumah pagi-pagi, dan udah cukur kumis sama cukur bulu ketek. Tapi
gara-gara kena macet, sampai tempat kerja kumis dan bulu ketek udah numbuh
panjang. Itu tandanya betapa lama waktu yang terbuang saat terjebak macet.
Walaupun
daerah tempat tinggal saya nggak semacet kayak di Jakarta, bisa di bilang intensitas
kendaraan hanya ramai. Cuma sama aja kalau saya berangkat agak siangan tetep
aja jadi bikin kesel. Apalagi anak-anak sekolah sekarang pakai motor, ditambah
karyawan pabrik yang berangkat kerja juga.
Mereka
kalau naik motor seenaknya sendiri. Saya sempet kaget pas awal-awal pindah
tempat tinggal. Di sini naik motor udah kayak jalan pribadi. Salip dari kanan,
kiri jadi hal yang biasa. Padahal jalanan juga sempit, nggak selebar karet
kolor bekas. Jalanannya juga nggak semulus ukiran jepara, mereka asal terabas
aja.
Yang
bikin emosi saat abis hujan, jalan sempit berlubang. Kondisinya pas
ramai-ramainya, malah ada aja yang ngebut nerabas jalan yang penuh genangan
air. Muncrat sana, muncrat sini. Yang naik motornya pelan-pelan kayak saya jadi
korban kebinalan orang-orang semacam ini.
Sebetulnya
sesuatu yang terburu-buru itu nggak enak. Jongkok di atas jamban kalau
terburu-buru juga nggak asoy, dan terburu-buru keluar juga jadi nggak enak.
Iya, terburu-buru keluar rumah untuk berangkat kerja itu nggak enak. *Kirain...