Jun 4, 2015

Manfaat Berangkat Kerja Pagi

Saya pernah di tanya sama temen kerja sekantor. “Berangkat dari rumah jam berapa Pak? Kok pagi-pagi banget udah nyampai di SD”. Saya hanya tersenyum, sebetulnya bukannya saya mau jadi sok disiplin. Tapi karena ada alasan lain, yaitu setiap malem saya sering uji nyali. Iya, setiap malem. Bukan uji nyali yang kaya di acara tivi-tivi itu. Uji nyali yang ini beda banget. Yang sama cuma pas momen begadangya.

2 jam pertama masih nggak ada tanda-tanda suara setan. Beberapa menit setelah itu, ada suara bayi nangis. Kalau peserta uji nyali lain mungkin udah melambaikan tangan. Bukan melambai karena ngondek, tapi karena nyerah. Sambil nungguin presenternya lama nggak nyamperin-nyamperin sampai-sampai dia kesurupan. “Hmmm...!!! minta ASI sekarang!!!. ASI mana ASI???”. Mengerang-erang kesurupan bayi yang kelaperan minta ASI.

Gimana nggak berangkat pagi coba, kalau tiap malem sampai subuh sibuk siap siaga kalau-kalau anak butuh sesuatu. Kalau nggak ganti popok ya minta ASI. Habis subuh mau tidur jadi nanggung, mau nggak mau ya bengong aja di dalam kamar sambil nunggu suara lesungnya Roro Jonggrang. Jam 05.30 pasti udah mandi, nggak lupa gosok gigi. Selesai mandi nolong Ibu, membersihkan tempat tidurku.

Perjalanan dari rumah ke sekolah cuma setengah jam, itu kalau pelan-pelan. Beda lagi kalau  narik gasnya di kencengin pakai yang 3 kg. Berangkat dari rumah kalau nggak tepat jam 06.00 ya jam 06.15 menit. Gimana nggak pagi nyampai sekolahan.

Tapi menurut saya, berangkat kerja pagi itu asik dan ada manfaat tersendiri. Apa saja manfaat itu? Ini dia manfaat yang akan di dapatkan kalau berangkat kerja pagi.

Udara Pagi Masih Terasa Segar

Paling asik kalau berangkat kerja pagi itu bisa ngerasain segarnya udara pagi, belum banyak kendaraan yang lewat. Nggak bisa di pungkiri jumlah kendaraan semakin lama semakin meningkat, dan bau asap knalpot udah memprihatinkan. Saya pernah berangkat agak siang, debunya banyak banget. Rasanya nyesek. Lebih nyesek lihat mantan cewek kita yang jalan sama mantan cowok kita. Udaranya panas, sepanas lihat mantan cowok kita yang nikah sama mantan cewek kita. *??????

Debu beterbangan kemana-mana, padahal udah pakai masker tapi tetep aja debu itu bisa kehirup. Apalagi saya di anugrahi hidung pesek. Tahu sendiri orang-orang yang di anugrahi hidung pesek diameter lubangnya dua kali lebih besar dari orang yang di anugrahi hidung mancung. Maka berbahagialah kalian yang berhidung mancung. Yang bikin kesel dari debu ini setelah masuk karena kehirup adalah kita bisa kena radang tenggorokan. Dan yang nggak bikin keren adalah upil kita bentuknya nggak beraturan. Teksturnya jadi berubah keras dan nggak selembek biasanya.

Dari pada tiap hari mesti menggali upil pakai gancu karena saking kerasnya, mending berangkat kerja pagi aja untuk menghindari debu. Yah, walaupun pas pulang tetep aja udaranya udah nggak sesegar pagi hari si...
Dan pastinya debu juga udah mulai banyak lagi...

Berangkat Jadi Nggak Terburu-Buru

Siapa yang mau berangkat kerja terburu-buru. Disamping membahayakan diri sendiri juga bisa membahayakan orang lain. Biasanya orang yang terburu-buru berkendaranya jadi ngawur, jadi asal-asalan. Asal salip, dan asal makan jalur yang udah di tentukan. Kalau kayak gini kan jadi bikin kesel pengguna jalan yang lain. Bayangkan saja kalau mereka semua terburu-buru dan nggak ada yang mau ngalah. Mereka bisa saling nabrak dan di tabrak.

Gimana? Masih enak berangkat pagi kan. Nggak akan merasa di buru waktu, karena pasti akan masih bisa mengira-ngira waktu yang akan di lalui saat perjalanan berangkat kerja. Otot tangan juga nggak akan capek muter gas motor, kaki juga nggak pegel karena mesti nginjak gas mobil. Berangkat bisa santai dan menikmati segarnya udara pagi. Yang paling terpenting adalah nggak capek-capek buang tenaga untuk teriakin tipe pengendara yang songong.

Terhindar Dari Macet


Berangkat dari rumah pagi-pagi, dan udah cukur kumis sama cukur bulu ketek. Tapi gara-gara kena macet, sampai tempat kerja kumis dan bulu ketek udah numbuh panjang. Itu tandanya betapa lama waktu yang terbuang saat terjebak macet.

Walaupun daerah tempat tinggal saya nggak semacet kayak di Jakarta, bisa di bilang intensitas kendaraan hanya ramai. Cuma sama aja kalau saya berangkat agak siangan tetep aja jadi bikin kesel. Apalagi anak-anak sekolah sekarang pakai motor, ditambah karyawan pabrik yang berangkat kerja juga.

Mereka kalau naik motor seenaknya sendiri. Saya sempet kaget pas awal-awal pindah tempat tinggal. Di sini naik motor udah kayak jalan pribadi. Salip dari kanan, kiri jadi hal yang biasa. Padahal jalanan juga sempit, nggak selebar karet kolor bekas. Jalanannya juga nggak semulus ukiran jepara, mereka asal terabas aja.

Yang bikin emosi saat abis hujan, jalan sempit berlubang. Kondisinya pas ramai-ramainya, malah ada aja yang ngebut nerabas jalan yang penuh genangan air. Muncrat sana, muncrat sini. Yang naik motornya pelan-pelan kayak saya jadi korban kebinalan orang-orang semacam ini.

Sebetulnya sesuatu yang terburu-buru itu nggak enak. Jongkok di atas jamban kalau terburu-buru juga nggak asoy, dan terburu-buru keluar juga jadi nggak enak. Iya, terburu-buru keluar rumah untuk berangkat kerja itu nggak enak. *Kirain...

Artikel Terkait