Oct 9, 2016

Parkir Kelas Terinya Pajak

Hidup kita memang tidak pernah lepas dari dunia perparkiran selama kita mempunyai kendaraan. Katanya ini adalah kelas terinya perpajakan atau retribusi.

Sebagai warga negara yang baik, taat hukum dan cinta tanah air, dan tidak suka berprasangka buruk pada pemimpin negeri, senang rasanya bisa berkontribusi dengan perpajakan dari pemerintah. Bayangkan saja segala macam pungutan itu akan dipakai untuk fasilitas jalan, kesehatan, pendidikan dan lainnya yang akhirnya jadi pelayanan untuk publik. Sangat fair sekali, toh bukan untuk jalan-jalannya anggota dewan juga kan?

Semua orang juga ingin merasa dirinya adalah warga negara yang baik. Untuk keseimbangan hidup, karena seringkali tanpa sadar kita selalu nyusahin dan bikin rugi negara (hal simpel: buang sampah ngawur, main poker di facebook saat jam kerja, nyontek pas ujian).

Ya, pajak dan retribusi adalah untuk negeri, dan petugas pemungutnya juga adalah petugas negara. Dan pernahkah kalian iseng ngitungin berapa pengeluaran per bulan untuk parkir kendaraan?

Untuk melakukan seluruh kegiatan pemungutan pajak dan retribusi itu, pemerintah menyiapkan sistemnya, mulai dari institusinya, regulasinya, sampe aparatnya. Saya akan rela banget berkontribusi dalam pembangunan negara ini. Sumpah, tulus dan iklas, selama dalam proses yang benar.

Nah sekarang apa yang kita liat dan rasakan di sekeliling kita sodara-sodara? Yakin semua yang mungutin ongkos numpang diem kendaraan kita itu aparat pemerintah?

Di daerah tempat tinggal saya Mayong Jepara yang indah nan asri ini, pertumbuhan kendaraan bermotornya cukup dahsyat. Luar binasa deh pokoknya. Jika dibuat grafik, akan menukik ke atas menngalahkan pertumbuhan ekonomi per tahun yang dibangga-banggakan pemerintah sekarang. Mobil dan motor bejubel. Bagus sih, artinya sekarang lebih banyak yang mampu beli kendaraan sendiri mencerminkan peningkatan perekonomian. Tapi rasanya tidak seperti itu kan.

Apalagi di Mayong sekarang berdiri beberapa pabrik besar. Tambah parahlah jumlah kendaraan yang melintas dijalan. Setiap pagi pasukan pencari nafkah di pabrik yang berangkat kerja menyumbang kemacetan. Dan malamnya saat jam pulang kerja akan sama parahnya, bahkan lebih parah dari pada di pagi hari.

Ini disebabkan karena karyawan pabrik biasanya mampir dulu disekitaran depan Pasar Mayong. Entah itu untuk membeli makan atau hanya sekedar melepas lelah dengan membeli segelas es.

Disini ada yang diuntungkan juga, yaitu penjual dan tukang parkirnya.

Nah ini dia yang akan saya bahas. TUKANG PARKIR LIAR.

ANDA DATANG. TIDAK PEDULI TUJUAN ANDA APA. SAYA JAGA MOTOR ANDA. TANPA TIKET. ILANG BODO AMAT. YANG PENTING BAYAR !!
Parkir Kelas Terinya Pajak

Disekitaran jalan Pasar Mayong banyak sekali juru parkir. Terkadang pakai rompi hijau atau oranye, tanpa karcis, ngemut peluit juga. Penampilannya hampir samalah dengan tukang parkir beneran.

Masa kerjanya yang cuma narik mundur motor setiap hari harus minta bayaran dua ribu. Ini parkir apa rampok.

Saya merasa susah untuk mengikhlaskan model seperti beginian. Biasanya saya akan menggerutu. Apalagi pekerjaan ini bukan jenis pekerjaan yang mudah mengundang simpati. Jauh lebih baik kalau yang bekerja disitu adalah petugas parkir beneran, yang jadi bagian dari rencana pemerintah. Saya ini kan warga baik-baik dan maunya negara ini juga baik. *Benerin reseliting.

Hadeh... namanya saja PARKIR LIAR ya manut-manut saja sama yang minta bayaran. Semoga cepet jinak deh, gak jadi liar terus.

Sumber gambar : http://ilhamsyahzp.blogspot.com

Artikel Terkait